Orang yang tahu betapa beratnya amanah seorang pimpinan (atasan)
tidak akan sampai sikut-sikutan untuk mengejar jabatan itu. Menjadi
atasan itu pertanggungjawabannya berat namun juga menjanjikan pahala
yang besar. Oleh karenanya, hindari menghalalkan segala cara untuk
menjadi atasan namun pantang “tolak tugas” jika mendapat amanah menjadi
atasan.
Setelah menjadi atasan fokuslah kepada peningkatan kerja dan
pencapaian target. Tak baik fokus pada membanggakan diri karena jabatan
yang diperoleh. Jabatan adalah salah satu jalan memperbanyak ladang
kebaikan bukan jalan memperkaya diri, menyombongkan diri dan bukan pula
jalan meminta untuk dihormati.
Alkisah, seorang pedagang pakaian di Tanah Abang Jakarta berhasil
menyekolahkan anaknya hingga lulus dari perguruan tinggi ternama. Sang
anak lebih senang berkarir menjadi karyawan di salah satu perusahaan
multinasional. Ia tidak mau meneruskan bisnis milik ayahnya.
Karena sang anak otaknya memang cerdas, supel, senang bergaul dan mau
belajar maka karirnya terus naik. Suatu hari ia diangkat menjadi atasan
yang memiliki banyak anak buah di kantor pusat perusahaan itu di
Amerika Serikat. Untuk meluapkan rasa bahagianya itu ia menelepon
bapaknya.
Dari balik telepon sang anak berkata, “Pak, karirku naik lagi. Aku
sekarang menjadi atasan di kantor pusat di New York.” Dari balik telepon
sang ayah menyambutnya dengan dingin bahkan terkesan sedih. Melihat
situasi seperti ini, sang anak yang memang sudah terlatih memahami
situasi langsung bertanya, “Mengapa bapak terlihat tidak bahagia?
Padahal anaknya diangkat menjadi atasan.”
Dengan suara pelan dan perlahan sang ayah berkata, “Anakku, jauh-jauh
kamu ke New York hanya menjadi atasan. Bapakmu gak bangga sebab atasan
di Tanah Abang harganya cuma enam puluh ribu rupiah, nak. Apalagi kalau
kamu beli grosiran.”
Salam SuksesMulia!
0 komentar:
Posting Komentar