Diberdayakan oleh Blogger.
Dapatkan GRATIS EBOOK tentang Manajemen Sumber Daya Manusia, HRD, Human Capital, Leadership, Public Speaking & Ilmu Pengembangan Diri

Bergabunglah dengan Ribuan Sahabat HRD & Leader Pembelajar lainnya :

Grup Telegram Komunitas Young HRD Indonesia
Youtube Channel Komunitas Young HRD Indonesia
Halaman Facebook Komunitas HRD Indonesia



Mau Presentasi Sehebat Trainer ?

Mau Presentasi Sehebat Trainer ?
Info Detail KLIK Gambar

Selasa, 20 Mei 2014

Generasi Y Adalah Generasi Penerus Indonesia Saat Ini


“Mereka tak sama seperti kita dulu… Anak yang dibesarkan dalam kesenangan, tak faham kerja keras… Tahunya hanya protes”
“Terlalu dirusak oleh teknologi, lebih banyak bermain dari bekerja”
“Tukar kerja seperti tukar baju… Tidak loyal… Mereka di sini bukan untuk membantu”

Itulah perbincangan sekelompok senior saat berkumpul membicarakan para eksekutif muda Generasi Y yang sangat berbeda budayanya dengan mereka.

Kebiasaannya yang terdengar adalah lebih banyak keluhan daripada pujian. Walaupun mereka ini terlihat pintar, agresif dan sentiasa mau mencoba, tetapi sikap mereka membuat barisan manajemen sakit kepala. Mereka orang muda yang berani dan bersemangat, tetapi sering dianggap kurang ajar. Baru seminggu bekerja, tanpa malu sudah berusaha mau mengubah cara pengelolaan perusahaan .
Mereka memang hebat dengan kemahiran multitasking. Sambil membalas email melalui Ipad, masih bisa diselang-selingi membalas pesan BlackBerry. Pada waktu yang sama, mereka melakukan business deal melalui telepon. Apalagi dengan memakai jeans dan iPod di meja kerja, mereka diragukan apakah benar-benar bekerja atau bermain ? Di mana disiplin dan keseriusan yang selama ini penting dalam ‘budaya’ perusahan ?

Tambah jelas apabila tepat jam 5 sore, mereka akan bergegas pulang untuk aktivitas pribadi seperti bermain futsal, ke Gym atau sekadar keluar minum bersama teman-teman. Lembur ? Tidak… Karena bagi mereka hal itu tanda gagal mengurus waktu dan kurang gesit menyelesaikan pekerjaan. Apalagi bekerja di akhir minggu. Mereka biasanya sudah punya rencana cuti bersama teman atau melakukan hobinya.

Namun, mereka tidak menolak untuk menyelesaikan pekerjaan dari rumah atau dari tempat liburan, asal saja ada jaringan internet. Pekerjaan dapat mereka selesaikan dengan baik tanpa perlu rapat demi rapat. Mereka memang sangat berbeda. Karena itu mereka sering dikritik dan tidak terlepas juga, mereka senang mengkritik.

Inilah fenomena yang sedang melanda dunia. Gelombang baru perubahan yang dibawa oleh anak-anak muda yang mulai memasuki dunia pekerjaan. Jika Anda senior di perusahan, maka bersiaplah untuk berhadapan dengan mereka. Cara berpikir, cara pandang, cara hidup, juga cara mereka menentukan keutamaan dan mendefinisikan kesuksesan sangat berbeda.

Menurut Bruce Tulgan, penulis dan pengagas New Haven yang melakukan kajian terhadap generasi muda, “Para korporasi harus mulai bersiap, karena generasi ini, yang anggotanya tidak lagi mencapai usia 30, adalah sangat berbeda dibanding generasi sebelumnya”
Siapa sesungguhnya mereka ?

Mereka dikenal sebagai Generasi Y, atau ada juga yang menjuluki sebagai echo boomer dan millennials. Ada yang mengatakan, mereka lahir sekitar tahun 1977 – 2002. Ada juga yang berpendapat, sekitar tahun 80an hingga tahun 2005. Namun yang jelas mereka adalah Generasi baru, anak-anak generasi Baby Boomer yang hidup setelah Perang Dunia Ke-2.

“Generasi Millennium telah dibesarkan dalam generasi yang paling menitikberatkan anak-anak. Mereka diprogram dan dibentuk,” kata Cathy O’Neil, VP senior di perusahaan pengelolaan SDM Lee Hecht Harrison di Woodcliff Lake, New Jersey. Keinginan mereka berbeda. Generasi millennium ini menunggu untuk mendapat masukan dari hasil kerja mereka.

Dari kecil mereka diajari berpikir terbuka dan bebas menyuarakan pandangan dan keinginan mereka. Guru-guru dan orangtua membentuk generasi ini bebas berpikir, sering diberi feedback, pujian, dan dorongan. Mereka dibesarkan di dalam zaman yang paling ‘aman’ di dalam sejarah dan layak mengharapkan lebih banyak dari generasi sebelumnya. Bukan sekadar kebendaan, juga tempat kerja yang menawarkan peluang yang tidak terbatas. Hasilnya, mereka sangat percaya diri, berani bersuara, dan tidak malu mengemukakan pandangan.

Namun ini menjadikan mereka generasi yang tidak lagi hanya memikirkan uang semata. Mereka menginginkan keadilan di dalam menilai pekerjaan mereka dan dihargai tidak hanya dengan gaji. Mereka dibesarkan dengan pujian dan penghargaan dari guru dan orangtua. Karena itu, jika tidak mendapat feedback secara rutin dari atasan, mereka bisa merasa tidak dihargai dan akan pergi meninggalkan organisasi walaupun gaji yang ditawarkan tinggi.

Mereka juga tidak akan menghormati seseorang hanya kerana jabatan atau senioritas. Mereka hanya akan menghormati orang yang memperlihatkan sikap hormat kepada mereka. Kesetiaan bagi mereka tidak hanya dibina dari bawah ke atas, tetapi juga harus dari atas ke bawah.

Anak-anak muda ini adalah wajah dunia masa depan, bercita-cita tinggi, kaya ide, ketagihan perubahan, berani dan seolah mampu melakukan apa saja, kecuali satu… mengikut apa yang diarahkan tanpa sebab !

Jordan Kaplan, seorang professor sains pengurusan di Long Island University-Brooklyn, New York mengatakan, “Generasi Y sangat kurang mempercayai manajemen konservetif ala command-and-control. Namun, cara manajemen tersebut masih popular di tempat kerja saat ini”.

Dia juga menambahkan bahwa, mereka dibesarkan bebas bertanya dan mempersoalkan orangtua. Saat besar mereka juga akan merasa nyaman untuk bertanya dan mempersoalkan atasan. Ini sesungguhnya bagus, tetapi hal itu akan mencemaskan manajer yang berusia 50 tahun yang mana kebiasaannya hanya mengeluarkan arahan, “Lakukan dan lakukan sekarang”

Sudah saatnya para pemimpin korporasi memikirkan hal ini dengan serius. Semua hal berubah. Begitu juga cara dalam menghadapi para pekerja baru yang memasuki dunia pekerjaan. Mereka pastinya tidak sama seperti generasi 20 tahun lalu. Nilai-nilai yang dibawa oleh golongan muda ini seperti kecepatan, fleksibel, inovasi dan gold oriented harus kita terima dan sesuaikan di korporasi.

Cara pengelolaan lama yang kurang fleksibel harus segera diubah untuk menyesuaikan diri dengan tenaga muda yang sedang haus mencari peluang untuk mengembangkan ide dan inovasi.

Namun hal itu belum cukup. Kunci kejayaan jangka panjang dan kelangsungan sebuah perusahaan atau organisasi adalah bagaimana memotivasi dan membentuk talent-talent muda yang akan membawa Anda menguasai masa depan. Bagaimana kita dapat memotivasi secara berkesan generasi yang terlihat sangat berbeda dengan kita ini ? Bagaimana menanamkan nilai-nilai mulia yang selama ini kita pertahankan di perusahan seperti integritas, kesetiaan, dan kebersamaan ? Apa upaya yang harus dilakukan supaya terwujud kesepahaman antara generasi dan dapat bekerja dalam sebuah pasukan yang saling memahami ?

Sebuah transformasi budaya korporasi sangat diperlukan saat ini oleh semua perusahaan atau organisasi yang ingin bertahan. Kita harus segera mentransfer nilai-nilai budaya yang menghidupkan perusahan selama ini pada belief system Generasi Y yang sesungguhnya adalah sumber daya masa depan. Mereka rajin dan kuat bekerja tetapi tidak mau pekerjaan menguasai kehidupan mereka. Bekerja bagi mereka bukan segalanya, tetapi hanya sebagian dari kehidupan yang perlu dijalani. Mereka sesungguhnya memerlukan lebih dari sekadar gaji dan penghargaan.

Dengan pengelolaan yang benar, para pemuda, tenaga kerja, atau warganegara muda ini akan menjadi aset berharga. Kami telah membantu dan bekerjasama dengan banyak organisasi untuk menangani hal ini. Dengan memberikan training dan motivasi yang tepat, telah memperlihatkan hasil yang fenomenal. Anak-anak muda yang dulunya hanya memikirkan pencapaian diri dan kurang percaya kepada lingkungan, kini bangkit menjadi bagian dari karyawan dan masyarakat yang berwawasan dan bercita-cita untuk kesejahteraan bersama.

Ingatlah, sesungguhnya bukan mereka berada di zaman kita, tapi kitalah yang sebenarnya hidup di zaman mereka sekarang. Beri mereka makna dan tujuan hidup, serta keluarkan nilai-nilai spiritual yang akan menjadi perekat juga menyatukan. Anda akan terkejut melihat bagaimana mereka bekerja untuk Anda sekarang dan meneruskan legasi kesuksesan Anda di masa depan !

Dr. (H.C) Ary Ginanjar Agustian,
Pakar Pembangunan Karakter,
Corporate Culture Consultant,
Founder ESQ 165.
fanspage : facebook.com/Ary.Ginanjar.Agustian
Twitter : @AryGinanjar165

0 komentar:

Posting Komentar

Leadership & People Development

Practical Coaching Konseling

Practical Coaching Konseling
Gabung KLIK Gambar atau Hubungi WhatsApp 085852316552

Corporate Trainer & Public Speaker

Certified HUMAN DEVELOPMENT