Seorang supervisor bercerita tentang anak buahnya yang performance-nya semakin hari semakin menurun. Padahal dulu dia adalah termasuk orang yang memiliki semangat kerja tinggi, berkinerja bagus dan mendapatkan promosi.
Sebut saja Andi, delapan tahun ia menduduki posisi yang dipercayakan kepadanya. Awal berada di posisi yang baru ia begitu bersemangat namun lama kelamaan semangatnya mulai menurun dan berpengaruh terhadap performance-nya. Di tahun pertama ia begitu bersemangat mempelajari hal-hal baru. Ia terus belajar dan bekerja keras untuk bisa menguasai apa yang telah dipercayakan perusahaan terhadapnya hingga memasuki tahun kedua performance-nya meningkat pesat.
Memasuki tahun ketiga dan keempat Andi merasa apa yang telah dicapainya tak berpengaruh apa-apa terhadap perkembangan karirnya. Atasannya tidak memberikan promosi yang mestinya didapatkannya, bahkan reward yang diberikan secara financial pun juga tidak ia dapatkan.
Sampai pada akhirnya semangat kerja dan prestasinya pun mulai menurun. Sempat terbersit dalam pikirannya untuk pindah ke perusahaan lain, namun, ia masih menyukai suasana kerja yang menyenangkan di tempatnya sekarang ini, tim yang akrab serta nuansa politiknya tak sekencang di tempat lain.
Tapi itu tidak memengaruhi motivasi dan performance-nya yang terus menurun hingga akhirnya ia pun bingung harus berbuat apa, begitu pun dengan bosnya. Lalu, apa yang harus di lakukan? Sebenarnya kasus ini merupakan kasus klasik yang kebanyakan orang pernah mengalaminya, terlalu lama berada di posisi yang sama membuat seseorang tidak bisa lagi mengeluarkan ide-ide baru, jadi apa yang harus dilakukan kemudian?
Ada Tiga Phase Performance level seseorang di sebuah posisi atau jabatan. Adapun phase tersebut adalah: Phase 1: LEARNING, Phase 2: PERFORMING, Phase 3: DEVELOPING.
Berikut uraiannya:
PHASE 1: LEARNING Pada phase ini seseorang sedang belajar di posisi tersebut. Bisa saja karena dia baru dipromosikan, jadi ada hal-hal yang masih harus dipelajari. Bisa saja karena dia baru direkrut. Atau bisa saja sebenarnya levelnya sudah senior tapi harus mempelajari budaya kerja dan new proses di perusahaan yang baru.
Whatever the reason, pada Phase 1, seseorang perlu belajar dan beradaptasi di posisi baru. Pada phase ini motivasi akan tinggi apabila seseorang memang mempunyai learning agility dan persistence yang tinggi.
Jadi, jangan berharap lebih di Phase 1 ini, karena masih ada hal-hal yang harus dipelajari sehingga performance-nya belum maksimal.
PHASE 2: PERFORMING Pada phase ini, proses belajar sudah dilalui. Dan seseorang sudah mulai bisa perform at the maximum level, kalau dia berada di lingkungan yang tepat dan mendapatkan dukungan yang tepat. Dan tentu saja adalah tanggung jawabnya untuk mempengaruhi (influence) organisasi agar dia bisa mendapatkan semua itu.
Tetapi intinya we can expect maximum level of performance. Biasanya performance dan motivasi pada level yang tinggi.
PHASE 3: DEVELOPING Pada phase ini, performance-nya sudah maksimum dan seharusnya seorang leader, selain performing his current business priorities, dia juga harus fokus pada 2 hal, yaitu: Developing successors for his/her current position; dan Developing self for the next position.
Phase 3 perlu dilakukan untuk menghindari penurunan motivasi dan kinerja. Karena tentunya seseorang akan jenuh dan bosan melakukan hal yang sama berulang-ulang dan bertahun-tahun.
Itulah tiga phase performance, setiap phase biasanya memerlukan waktu 1-2 tahun. Jadi disarankan seseorang untuk stay in the same position for 3-5 years. Kalau lebih dari itu, motivasinya akan menurun, jenis dan ide-ide baru tidak akan lahir lagi. Tapi tunggu dulu, bukan berarti disarankan untuk pindah perusahaan setiap 3 tahun. Tapi juga bisa berarti stay in the same company dan pindah ke departemen yang lain. Atau ke negara lain.
Whatever is you will need to make a change so you will keep your motivation and performance at the maximum level.
Pambudi Sunarsihanto
Praktisi HR di Jakarta
Sumber : http://humancapitaljournal.com/3-phase-performance-level/
Setiap orang pasti mengharapkan hidupnya sukses, tetapi kenyataannya tidak semua orang bisa hidup sukses sesuai dengan harapannya. Banyak orang yang menyikapi hal ini dengan beragam cara. Ada yang bersikap pasrah pada nasib dan tidak mau lagi berbuat apa-apa dan mengatakan kalau takdirnya memang sudah seperti itu. Ada juga yang justru tidak menyerah pada nasib, melainkan terus berjuang untuk mengubah nasibnya sekuat tenaga. Ada yang berhasil, tetapi ada juga yang justru semakin terpuruk dan tidak tahu lagi harus berbuat apa. Kesuksesan itu ternyata bisa pelajari dan bisa diciptakan. Kesuksesan tidak datang dengan sendirinya seperti hujan turun dari langit. Kesuksesan memerlukan cara, strategi dan proses. Tentu saja ada rahasianya mengapa seseorang itu bisa gagal atau berhasil dalam hidupnya. Usaha yang keras saja tidak cukup untuk membuat seseorang menjadi sukses, juga dibutuhkan do’a dan ridho Allah SWT. Memahami Hakikat Sukses Sebuah pohon yang sangat tinggi dan besar ada di depan anda. Jika anda terkesima dengan kebesaran dan ketinggian pohon tersebut, pastilah anda berpikir tidak akan mungkin untuk memotongnya. Sampai kapanpun pohon itu masih akan tetap berdiri kokoh, karena anda tidak pernah berani menebangnya. Sebaliknya, jika anda berpikir bahwa tidak ada pohon yang tidak bisa ditebang, maka dengan ayunan kapak setiap hari secara konsisten, lamban laun pohon tersebut akan tumbang juga, walaupun mungkin membutuhkan waktu yang agak lama. Memang, tidak ada yang tidak mungkin terjadi jika anda mau mencobanya. Hampir semua orang menginginkan sesuatu yang luar biasa, tetapi kebanyakan dari mereka tidak berani berbuat sesuatu untuk mewujudkan impiannya itu. Mereka hanya bermimpi yang indah-indah dan mengharapkan keajaiban tiba-tiba menghampirinya. Mereka hanya bersedia melakukan sesuatu yang aman-aman saja dan mengikuti arus, sehingga kebanyakan dari mereka memang tidak berpeluang untuk memperoleh hasil yang luar biasa. Mereka lupa, sesuatu yang istimewa itu tidak datang dengan sendirinya melainkan diupayakan melalui usaha dan bekerja secara luar biasa, penuh resiko namun melalui perencanaan dan pertimbangan yang matang, bukan hanya dengan cara-cara biasa. Jika anda mempunyai sebuah rencana dan merasa mampu melaksanakannya, maka jangan kuatir berapa lama anda akan mencapai puncak kesuksesan, dan jangan juga kuatir apa yang dikatakan orang lain mengenai hal tersebut. Seperti halnya seekor anak kijang yang baru lahir, dalam hitungan menit ia akan dapat merangkak, lalu berdiri, berjalan, dan kemudian berlari. Demikian juga dengan banyak hewan lainnya, hanya dalam hitungan hari dapat mereka sudah bisa mandiri. Tetapi coba kita lihat manusia, ketika dilahirkan hingga mencapai usia dewasa, manusia sangat ketergantungan dengan orang tuanya. Manusia membutuhkan waktu lebih lama untuk menjadi mandiri, mulai dari berjalan, bicara, hingga mencari nafkah sendiri. Uniknya, manusia adalah makhluk yang paling mulia di muka bumi ini.
Dalam hal ini dapat kita ketahui bahwa terkadang dengan menempuh waktu yang lebih lama, sebuah proses akan menghasilkan kondisi yang lebih sempurna dan jauh lebih baik dari proses yang didapatkan secara instant. Namun perlu juga diketahui, apakah seseorang telah berada dalam jalur yang benar untuk mencapai tujuannya ? 5 Jalan Rahasia Menuju Sukses Kesuksesan bisa diraih jika kita mampu memperoleh rahasia untuk mencapainya. Melalui 5 jalan rahasia menuju sukses, setiap orang bisa menerapkan dan membuktikannya sehingga bisa dijadikan sebagai panduan bagi siapa saja yang ingin hidupnya sukses, baik sukses di dunia maupun sukses di akherat. Adapun ke 5 (lima) jalan rahasia menuju sukses tersebut adalah :
(1) The power of Dream
Setiap orang harus mempunyai impian dan tujuan hidup yang jelas agar mendapat hal-hal terbaik dalam hidupnya. Kita harus berani memimpikan hal-hal terindah dan terbaik yang kita inginkan bagi kehidupan kita dan kehidupan orang-orang yang kita cintai. Tanpa impian, kehidupan kita akan berjalan tanpa arah dan akhirnya kita tidak menyadari dan tidak mampu mengendalikan ke mana sesungguhnya kehidupan kita akan menuju. Apakah saat ini anda sedang memiliki impian yang sangat tinggi ? Apakah impian tersebut tampaknya seperti mustahil untuk direalisasikan mengingat kondisi anda saat ini yang serba kekurangan ? Apakah mungkin sekarang anda sedang direndahkan dan ditertawakan oleh teman, saudara, atau bahkan orang tua anda sendiri ketika menceritakan impian anda tersebut kepada mereka ? Jika anda menjawab ya, maka sebaiknya anda tidak perlu merasa berkecil hati, apalagi berputus asa. Anda seharusnya bangga dan berbahagia karena anda baru saja memasuki langkah awal kesuksesan. Mengapa demikian? Karena pondasi kesuksesan adalah impian yang kita miliki. Setiap orang yang telah sukses pasti diawali dengan impian.
(2) Full Action for Success
Cita-cita, keinginan, impian atau tujuan hidup tidak mungkin bisa tercapai tanpa suatu tindakan yang nyata. Semua itu akan percuma atau sia-sia jika kita hanya berpangku tangan atau berdiam diri dan hanya menunggu keajaiban tiba. Bertindak nyata (action) adalah lebih baik, apalagi diserai dengan semangat yang tinggi, maka tidak ada yang mustahil untuk diwujudkan. Seperti pepatah mengatakan, “Dimana ada kemauan, disitu ada jalan.”. Dengan melakukan action, Insya Allah kita akan mengetahui hasilnya. Sebuah ide jika dijalankan akan jauh lebih baik dibandingkan jika kita mempunyai 1001 ide namun tidak ada satupun yang dijalankan. Ide yang paling bagus untuk mencapai sukses adalah action. Jangan pikirkan dulu hasilnya, yang terpenting kita mau melakukan usahanya dulu, sedangkan hasilnya akan mengikuti sampai sejauh mana usaha yang kita lakukan dan seberapa keras dan cerdas kita melakukannya.
(3) Dare to live
Dunia merupakan tempat kehidupan manusia yang penuh dengan warna. Kehidupan manusia di dunia ini bersifat sementara, karena dunia hanyalah persinggahan kita dalam menuju kehidupan yang kekal dan abadi yaitu alam akhirat. Dunia merupakan tempat bagi manusia untuk berjuang dalam mengisi kehidupannya dengan berbagai hal yang baik dan bermanfaat, sebagai bekalnya untuk kembali kepada sang Khalik, menuju alam akhirat. Perjuangan manusia didunia tidak akan berhenti kecuali ketika nafasnya sudah tidak bisa berhembus lagi. Siapapun orang yang hidup di dunia ini pasti memiliki masalah. Tentu saja masalah yang dihadapi manusia itu sangat beragam, baik masalah yang sederhana maupun persoalan yang rumit dan pelik. Ketika masalah tersebut datang menimpa diri kita, sanggupkah kita mengatasinya ? Atau kita justru terus terpuruk, terjebak dalam masalah secara berkepanjangan dan tidak bisa keluar dari lingkarannya ? Orang yang sukses harus siap dan berani menghadapi tantangan yang hadir dalam kehidupannya. Berani, artinya siap mengambil langkah atau tindakan dengan segala resiko yang harus dihadapinya. Setiap tindakan yang diambil tentunya sudah dipertimbangkan secara baik, matang dan maksimal, dari berbagai sudut pandang, agar hasil yang dicapai sesuai dengan harapan kita. Namun kita juga harus menyadari kalau manusia itu ada kekurangannya. Bisa saja adal satu hal yang lupa atau terlewat dari analisa kita shingga hasilnya tidak sesuai dengan harapan. Tapi itu semua tidak menjadi masalah, yang terpenting kita sudah berani mengambil sikap dan keputusan, sedangkan hasilnya kita serahkan kepada Allah SWT. Sayangnya, tidak semua orang mempunyai keberanian untuk melakukan sesuatu ketika masalah menghampirinya. Ia hanya pasrah pada nasibnya dan tidak melakukan apa-apa. Bagaimana mungkin kita bisa mengubah nasib kita jika tidak berani berbuat sesuatu untuk diri kita sendiri ? Seorang pecundang tak kan pernah meraih sukses ! Tentu kita tidak mau menjadi seorang pecundang bukan ?
(4) Time Management Waktu
memiliki keunikannya sendiri, terus bergerak maju dan tidak pernah mundur sedetikpun. Waktu tidak bisa diulang dan akan selalu meninggalkan setiap orang yang melalaikannya. Waktu akan selalu meninggalkan mereka yang tidak mengelolanya dengan cerdas untuk kehidupannya. Orang yang keluar sebagai pemenang (sukses) adalah orang yang bisa mensyukuri nikmat waktu yang telah diberikan Allah SWT dengan memanfaatkannya untuk hal-hal yang baik demi kemuliaan hidupnya. Sebaliknya, orang yang kalah atau gagal adalah orang yang tidak bisa menggunakan waktunya dengan baik, dan hanya menggunakannya untuk hal-hal yang tidak berguna. Kita harus ingat bahwa hidup di dunia ini hanya sementara dan singkat. Coba kita melihat ke belakang sejenak, sepertinya baru kemari kita berusia remaj, tetapi sekarang kita sudah menjadi orang dewasa, bahkan mungkin menjelang tua. Karena itu, jangan pernah menunda-nunda memanfaatkan waktu untuk kebaikan. Kita tidak akan pernah tahu berapa lagi sisa usia yang kita miliki. Kita tidak akan pernah tahu mengenai hari esok. Oleh sebab itu akan rugi bagi siapa saja yang tidak bisa memanfaatkan waktu dengan baik. Keberuntungan dan kerugiaan seseorang sesungguhnya dapat dinilai dari bagaimana dirinya memanfaatkan waktu hidupnya yang begitu singkat ini. Orang yang bisa memanfaatkan waktu yang amat singkat dengan memperbanyak kebaikan untuk bekal kehidupan, dia akan menjadi orang yang beruntung. Lalu, sudahkah kita memanfaatkan waktu yang kita miliki sebaik-baiknya ? Sudahkah kita menggunakan waktu kita untuk meraih kehidupan dunia dan kehidupan akhirat kita dengan seimbang ?
(5) The Miracle of Prayer.
Doa mempunyai keajaibannya sendiri dan mampu membuat sesuatu yang “tidak mungkin terjadi” menjadi “mungkin”. Doa mempunyai kekuatan dahsyat yang dapat mengubah nasib seseorang dari jelek menjadi baik, dari miskin menjadi kaya, dari sakit menjadi sehat, dari gagal menjadi sukses. Kalau Allah sudah berkehendak ingin mengabulkan doa seorang hambanya, maka “kun fayakun !” (Jadi terjadilah !”). Oleh karena itu kita sangat dianjurkan untuk berdoa kepada Allah SWT agar bisa menciptakan keajaiban seperti apa yang kita inginkan. Dalam kondisi apapun, susah ataupun senang, miskin ataupun kaya, kita sebagai manusia dan hamba yang memiliki banyak kelemahan, harus berdoa kepada Allah sebagai bentuk iman kita kepadaNya dan sebagai bukti penghambaan kita kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Dialah satu-satunya yang dapat menjawab berbagai apapun masalah yang kita hadapai. Dialah satu-satunya yang dapat memberi kita segala hal yang kita butuhkan. Hanya Allahlah yang dapat memberi kepuasan atas kebutuhan kita yang paling mendalam, kebutuhan-kebutuhan yang kita sendiri bahkan tidak mengetahuinya. Sesungguhnya Allah berada sangat dekat disisi orang yang beriman. Allah berada di mana-mana dan mengetahui segala sesuatu dan dapat berbuat apa saja terhadap umatNya. Dia dapat mendengar setiap doa dan menjawab doa yang kita panjatkan. Kita tidak boleh berdoa selain kepadaNya karena perbuatan tersebut termasuk musrik dan perbuatan ini sangat dimurkai Allah SWT. Berdoa kepada Allah adalah sesuatu yang bersifat pribadi. Sangat menarik ketika ada seorang hamba Allah karena mungkin sudah begitu kenyang dengan nikmat yang Allah berikan, lalu dia merasa sudah cukup dan tidak perlu lagi untuk berdoa atau meminta kepada Allah. Jika ada orang yg merasa sudah tidak perlu berdoa berarti dia telah mengingkari kemanusiannya itu sendiri bahkan mungkin tidak memiliki adab kepada Allah dan Rasulullah. Padahal nabi Muhammad saw selalu menganjurkan dan mencontohkan kita untuk selalu berdoa setiap saat, bahkan belaiu mengatakan kalau orang yang tidak meminta kepada Allah (berdoa) berarti orang itu termasuk hamba yang sombong.
Ini bukan mengada-ada, namun didasarkan studi yang ditemukan dalam
buku The E-Myth karya Michael Gerber dan Good to Great karya Jim
Collins.
Sekilas mereka memberikan saran yang kontradiktif. Gerber mengatakan
bahwa kunci keberhasilan perusahaan adalah sistem, artinya dia harus
dapat dijalankan oleh orang biasa-biasa saja, tidak perlu orang
hebat. Collins sebaliknya mengatakan bahwa kunci keberhasilan adalah
orang yang tepat, the right person. Dalam penelitiannya yang dimaksud
Jim Collins adalah orang dengan kemampuan di atas rata-rata orang
biasa. Siapa yang benar?
Alasan Gerber masuk akal. Lihatlah Mc Donald’s. Orang biasa yang
bekerja di sistem luar biasa akan menghasilkan burger yang luar
biasa. Sistem McD telah diterapkan pada sekitar 30.000 cabang di
seluruh dunia, dan tetap menghasilkan bisnis burger yang hebat.
Alasan Jim Collins sama kuatnya. Semula dia menyangka bahwa
keberhasilan perusahaan-perusahaan yang ‘good’ (prestasi seperti
rata-rata pasar) lalu melompat menjadi ‘great’ (prestasi minimal
3 kali dari rata-rata pasar, dan bertahan 15 tahun) dikarenakan suatu
visi baru, arah baru, strategi baru, dan setelah itu baru mencari
orang-orang yang cocok. Ternyata terbalik. Awalnya
perusahaan-perusahaan itu merekrut orang-orang yang tepat, lalu baru
bersama-sama menentukan arah kemana mau menuju. Salah seorang
eksekutif yang diwawancarai mengatakan, “Lihat, aku tidak tahu mau
kemana bis ini diarahkan. Aku hanya tahu hal ini: kalau kita
memasukkan orang-orang yang tepat ke dalam bis, menempatkannya di
kursi yang tepat, maka kita bisa tahu bagaimana membawa bis ini
membawa ke suatu tempat yang hebat.”
Dua sisi mata uang yang berbeda baru akan terlihat pada keping yang
sama setelah kita melihatnya dari tepi mata uang. Demikian pula
kontradiksi ’sistem’ atau ‘orang’ ini akan menjadi jelas bila
kita melihat dari sudut pandang yang tepat, yaitu kaitan antara
sistem dan orang.
Paradox :
Sulit untuk membuat yang mudah. Mudah untuk membuat yang sulit.
- khairul -
Anda bisa menggunakan komputer? Semakin mudah Anda menggunakan
komputer semakin sulit sebenarnya komputer itu dibuat. Bila Anda
merasa mudah menggunakan program MS Word, maka sesungguhnya program
software tersebut sangat sulit membuatnya. Bandingkan dengan bila
Anda menggunakan bahasa mesin komputer semisal Assembler. Ini adalah
pemrograman tingkat mesin yang sulit digunakan, dan karenanya dulu
relatif lebih mudah membuatnya (walau tetap sulit!) dibanding MS
Word. Pada Assembler asumsi penggunanya adalah orang yang ahli. Pada
MS Word asusmsi penggunanya adalah orang yang awam. Di balik semakin
mudahnya sesuatu digunakan, terkandung tingkat kesulitan yang semakin
tinggi saat membuatnya.
Demikian pula bila Anda perhatikan rumus-rumus yang menjelaskan alam
semesta. Semakin mudah rumus tersebut digunakan, semakin sulit
menemukan rumus tersebut. Lebih mudah menemukan satu rumus untuk
hanya satu hal (sehingga diperlukan banyak rumus untuk banyak hal).
Sangat sulit menemukan satu rumus yang bisa menjelaskan banyak hal.
Kesimpulannya : perlu orang yang hebat untuk merumuskan sistem
sederhana yang hebat.
Dan itulah yang ditemukan Jim Collins pada perusahaan-perusahaan yang
hebat, mereka menemukan resep sederhana yang hebat untuk sukses. Hal
itu didapat karena mereka memiliki orang-orang yang hebat.
Anda memerlukan orang-orang dengan kualitas di atas rata-rata untuk
membangun sebuah perusahaan yang berhasil.
Orang yang Tepat agar menjadi Hebat
Dimanakah titik temu antara orang tepat dan sistem hebat?
Orang yang tepat : orang yang mempunyai kinerja di atas rata-rata
orang biasa.
Sistem hebat : sistem yang bila dijalankan orang biasa tetap akan
mampu menghasilkan sesuatu yang luar biasa.
Hubungan keduanya akan terjadi seperti ini : Orang yang tepat akan
menghasilkan sistem yang hebat. Sistem yang hebat memungkinkan
direkrutnya lebih banyak orang tepat. Lebih banyak orang tepat
menghasilkan sistem yang lebih hebat. Dan seterusnya terjadi siklus
orang tepat – sistem hebat yang berulang menjadi spiral yang
membesar.
Spiral
Orang Tepat - Sistem Hebat (SEPIA Institute 2005)
Kriteria Orang yang Tepat
Bagaimana saya tahu sudah menemukan orang yang tepat?
Jim Collins memberikan petunjuk tentang kriteria orang yang tepat.
Intinya adalah memberikan bobot karakter lebih tinggi dibandingkan
latar belakang pendidikan, ketrampilan, pengetahuan khusus, bahkan
pengalaman. Bukan berarti keahlian tidak penting, namun diyakini
bahwa keahlian ‘lebih dapat dilatih’ dibandingkan karakter
seperti etika kerja, kecerdasan dasar, dedikasi memenuhi komitmen,
talenta, dan nilai-nilai diri. Karena itu Jim Collins memberikan 5
kriteria yang penting dari ‘orang yang tepat’, yaitu :
Kriteria 1 : memiliki nilai-nilai yang
selaras dengan Anda / perusahaan Anda
Dave Nassef dari perusahaan besar Pitney Bowes menyatakan contoh dari
Korps Marinir Amerika. Korps ini dikenal memiliki tim yang tangguh
dengan orang-orang terbaik. Apakah mereka berhasil menanamkan
nilai-nilai ke anggota? Sebetulnya adalah Marinir merekrut hanya
orang-orang yang mempunyai nilai-nilai sama dengan Korps. Selanjutnya
memberikan pelatihan yang diperlukan agar orang tersebut mampu
menjalankan misi. Pertanyaan, “Siapa mereka? Mengapa harus mereka?
Bagaimana mereka membuat keputusan dalam hidupnya?” akan memberikan
gambaran tentang nilai-nilai inti diri mereka.
Perusahaan baja Nucor bahkan sengaja membuat pabrik di wilayah kaum
petani yang memiliki budaya rajin bekerja. Para petani ini biasa
bangun pagi, bekerja dengan sangat baik hingga petang, dan di malam
hari berangkat tidur lebih awal. Ternyata setelah mereka bekerja di
pabrik baja juga menghasilkan kinerja yang luar biasa. Nucor menolak
mereka yang tidak memiliki nilai selaras dengan perusahaan. Akibatnya
di tahun pertama terjadi keluar pegawai hingga 50%. Namun sesudahnya
hanya sangat sedikit yang keluar setelah orang-orang yang tepat
berhasil ditarik masuk.
Kalau Anda selalu ingin berprestasi hebat, maka akan sulit bersama
dengan orang yang cukup sekedarnya saja. Kalau Anda menjunjung
kejujuran, maka akan sulit bekerja bersama orang yang kadang
mengabaikan kejujuran. Kalau Anda suka humor, mungkin sulit bersama
dengan mereka yang senantiasa skeptis (tentu saja humor tidak menjadi
kriteria kalau perusahaan tidak menjadikannya nilai perusahaan).
Kriteria 2 : Berpotensi menjadi salah satu
yang terbaik di bidangnya.
Orang yang tepat selalu menunjukkan ciri mampu menjadi salah satu
yang terbaik di bidangnya. Misalnya dia seorang desainer sampul buku,
maka dia memperlihatkan kinerja di atas rata-rata orang biasa. Orang
menyebutnya berbakat. Kalau dia seorang guru, maka dia menujukkan
ciri-ciri guru yang di atas rata-rata.
Untuk mereka yang menunjukkan kinerja istimewa, perusahaan tidak akan
pernah rugi memberikan gaji istimewa, misalkan 150% (satu setengah
kali) umumnya gaji orang di posisi yang sama. Nucor, perusahaan baja
yang sukses, memberi kiat : merekrut 5 orang dengan kemampuan setara
10 orang, dan digaji layaknya 8 orang. Artinya lebih baik merekrut 1
orang dengan kemampuan 2 orang, dan kemudian memberinya gaji di atas
rata-rata, daripada merekrut 2 orang dengan kemampuan biasa saja, dan
memberinya gaji standar (apalagi kalau memberinya gaji 1,5 gaji umum,
artinya masing-masing di bawah rata-rata!).
Kriteria 3 : Tidak perlu diatur.
Orang yang tepat mampu mengatur dirinya sendiri, juga mampu
memotivasi dirinya sendiri. Kalau Anda sibuk mengatur sesorang, atau
sibuk memotivasinya, maka besar kemungkinan Anda salah merekrut
orang.
Kriteria 4 : Mengemban tanggung-jawab, dan
mengetahui perbedaannya dari sekedar bekerja.
Orang yang hanya merasa ‘bekerja’ maka dia hanya akan
menyelesaikan tugasnya secukupnya. Orang yang merasa ‘mengemban
tanggung jawab’ maka dia akan terus berusaha memberikan yang
terbaik agar tanggungjawabnya terjaga.
Misalnya seorang guru yang hanya ‘bekerja’. Maka dia akan sekedar
mengajar sesuai kurikulum dan sesuai jadwalnya. Boleh jadi juga tidak
dengan perhatian penuh. Guru yang lain, yang ‘mengemban
tanggung-jawab’ menyadari bahwa apa yang ia berikan memberi manfaat
besar bagi siswa, bahkan salah mendidik saat ini akan berakibat fatal
bagi siswa di kemudian hari. Dengan demikian guru tersebut berusaha
memastikan siswa akan mendapat ilmu yang berguna bagi dirinya kelak.
Seorang yang bekerja di perusahaan listrik dia menyadari bahwa
tanggung jawabnya sangat besar. Bagaimana bila listrik mati saat ada
orang sakit parah sedang mau dioperasi? Mengemban tanggung jawab
menjadikan kegiatan pekerjaan lebih dari sekedar menjalankan tugas.
Orang yang tepat senantiasa memandang posisinya sebagai pengemban
tanggung jawab.
Kriteria 5 : Anda sedih kalau dia pergi.
Anda tetap akan merekrutnya
kembali andai dia kembali.
Pertanyakan hal berikut, “Bila seseorang
berprestasi buruk, lalu Anda punya kuasa untuk melepas atau merekrut
lagi, apakah Anda tetap akan merekrutnya? Bila
sesorang minta ijin keluar karena ada peluang lain, apakah Anda
diam-diam merasa kehilangan?”
Pertanyaan tersebut harus dijawab secara jujur. Kalau berprestasi
buruk, apakah karena ’salah orang’ atau ’salah tempat’? Kalau
tampaknya hanya salah tempat cobalah beri kesempatan di tempat lain
sekali, dua kali, hingga tiga kali, sampai ditemukan tempat dimana
dia bisa bersinar. Kalau ternyata tidak bisa juga, mungkin memang dia
berada di perusahaan yang tidak sesuai dengannya.
Kalau seseorang minta keluar, dan Anda sangat kecewa karena
kehilangan dia, maka boleh jadi dia adalah orang yang tepat namun
Anda tak mampu mempertahankannya. Bertindaklah jujur, kalau dia
memang orang tepat rekrut lagi kalau dia mau kembali. Perusahaan
lebih penting daripada ‘dendam’ pribadi. Bukankah boleh jadi dia
dulu pergi karena tidak tahu telah berada di tempat terbaik?
Tugas Pemimpin
Tugas utama pemimpin adalah merekrut orang yang tepat dan terus
mempertahankannya dalam tim. Setiap orang yang mau bergabung dapat
dipastikan telah punya motivasi tinggi, tugas pimpinan hanyalah
mempertahankan agar orang yang tepat tidak turun motivasinya (tidak
terdemotivasi).
Seringkali penyebab perginya orang tepat bukanlah masalah uang, tapi
karena pimpinan masih tetap mempertahankan orang-orang yang salah
sehingga membuat frustasi orang-orang yang tepat. Perasaan tidak
adil, karena orang tepat yang berprestasi terpaksa mengkompensasi
kinerja buruk orang yang salah, adalah kasus umum ketika pimpinan
tidak mampu tegas untuk mengeluarkan orang yang salah. Sering terjadi
pada perusahaan yang sedang dilanda masalah, justru orang-orang
terbaik yang keluar duluan, bukan karena oportunis, namun karena
frustasi akibat kinerja buruk orang yang salah ditimpakan secara
merata ke setiap orang, dan perusahaan tidak segera mengeluarkan
orang yang salah tersebut. Akibatnya perusahaan itu makin memburuk
dan bangkrut.
Kalau Anda berhasil merekrut orang yang tepat, maka tugas mengatur
menjadi ringan (karena orang yang tepat mampu mengatur dirinya
sendiri, dan membuat sistem yang teratur). Tugas pemimpin adalah :
1. merekrut orang yang tepat
2. mempertahankan agar tidak de-motivasi (tidak perlu memotivasi,
mereka sudah punya motivasi tinggi sedari awal).
3. menempatkan di tempat tepat agar mampu berkontribusi maksimal.
Merenungi hasil penelitian Jim Collins dalam buku Good to Great dapat
disimpulkan bahwa tim yang baik ibarat tim sepakbola kelas dunia.
“Mandiri namun bergantung.” Artinya, setiap individu punya
kemampuan mandiri untuk menyelesaikan tugasnya. Dia adalah salah satu
yang terbaik di posisinya. Dalam tim sepakbola kelas dunia, kipernya
adalah salah satu kiper terbaik di dunia. Gelandangnya adalah salah
satu yang terbaik di dunia. Penyerangnya adalah salah satu yang
terbaik di dunia. Semua individu di setiap posisi adalah salah satu
yang terbaik di dunia. Mereka bekerja mandiri di posisi
masing-masing, namun saling bergantung dalam keseluruhan tim.
Terdapat kesalingtergantungan (interdependensi) untuk tujuan yang
sama : mencetak gol dan tidak kebobolan gol. Barulah ketika setiap
lini diberi orang yang tepat, tim tersebut berpeluang menjadi hebat.
Di mana posisi pemimpin? Ia ibarat manajer tim. Merekrut orang yang
tepat (terkadang juga mengeluarkan orang yang salah). Menempatkan
dengan tepat. Menjaga motivasi. Dan selanjutnya diserahkan kepada tim
untuk bermain sebaik-baiknya di lapangan. Tim terbaiklah yang
akhirnya juara.
Dapatkan informasi terbaru tentang Dunia HRD dan Human Capital. Dapatkan GRATIS Ebook HRD (Human Resource Management) & Ilmu Pengembangan Diri serta yang terpenting menjalin hubungan baik sesama profesi HRD.