Pelatihan atau training merupakan kegiatan yang sangat penting bagi perusahaan untuk meningkatkan daya saing serta meningkatkan profesionalitas karyawan. Namun yang sering menjadi pertanyaan adalah bagaimana cara menilai apakah sebuah training sudah benar – benar memberikan dampak positif bagi karyawan atau belum.
Salah satu fakta yang bisa menjadi gambaran kenapa mengukur efektivitas pelatihan sangat penting adalah biasanya perusahaan akan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk menyelenggarakan sebuah program training bagi karyawannya.
Di dunia bisnis, setiap pengeluaran biaya harus dikalkulasi dengan baik. Dalam hal ini pengeluaran untuk training merupakan sebuah bentuk investasi dimana perusahaan berharap di masa yang akan datang ada keuntungan yang bisa diambil.
Sebagai contohnya diharapkan setelah dilaksanakan pelatihan, karyawan bisa langsung menerapkan ilmu barunya untuk kemajuan perusahaan sehingga otomatis keuntungan akan meningkat. Namun bagaimana sesungguhnya cara mengukur efektivitas pelatihan yang paling baik?
Secara garis besar ada tiga hal yang biasanya dijadikan sebagai tolok ukur keberhasilan sebuah program pelatihan, yang pertama adalah pembentukan pola pikir atau mind set karyawan, yang kedua adalah peningkatan pengetahuan, kemampuan, serta sikap karyawan, dan yang terakhir adalah perilaku karyawan yang telah berubah menjadi lebih efektif dan lebih mendukung visi dan misi perusahaan.
Pengukuran efektivitas program training sendiri bisa dilakukan dalam empat langkah. Empat langkah pengukuran efektivitas training ini merupakan sebuah metode pengukuran yang dikemukakan kolek Dr. John Sullivan, seorang peneliti dari San Francisco University.
Dr. Sullivan mengemukakan empat dasar dalam mengukur efektivitas training, yaitu diantaranya adalah:
Oleh sebab itu perlu dilakukan penilaian kerja sebelum dilaksanakan training. Fase ini bisa disebut sebagai fase awal sebelum perusahaan mulai mengukur efektivitas pelatihan. Dari data awal yang ditemukan, perusahaan nantinya bisa mengetahui sejauh mana kemampuan karyawan serta program training apa yang paling sesuai dengan karyawan. Fase pertama ini tidak fokus pada penyelesaian masalah serta mengatasi kelemahan – kelemahan karyawan namun lebih fokus pada pengumpulan data awal semata.
1. Penilaian Kinerja Karyawan Pra Training
Sebuah pengukuran yang valid tentu saja membutuhkan adanya perbandingan. Jadi kita tidak akan bisa mengetahui apakah sebuah program training berhasil atau tidak tanpa adanya data – data yang valid mengenai progres kinerja karyawan.
2. Monitoring Pelaksanaan Program Training
Fase kedua dalam metode penilaian efektivitas training adalah monitoring atau pengawasan pelaksanaan program training. Di fase ini perusahaan akan melaksanakan pengawasan dan penelitian mengenai pelaksanaan training. Di tahap yang satu ini perusahaan harus menilai keterlibatan karyawan dalam proses pelaksanaan training.
Dari pengamatan ini akan bisa diketahui apakah program training yang sedang dilaksanakan bisa dimengerti dengan baik oleh karyawan atau tidak, apakah karyawan mengikuti program training dengan antusias atau tidak, keaktifan karyawan selama proses training berlangsung, serta mengetahui kemampuan karyawan sebelum dan sesudah training apakah mengalami peningkatan atau tidak.
3. Monitoring Efektivitas Training
Dalam prakteknya, peserta training dalam hal ini adalah karyawan perusahaan biasanya memiliki tingkat kemampuan, intelejensi, serta tingkat motivasi yang berbeda satu sama lain.
Dalam sebuah pelaksanaan training, tidak semua karyawan akan langsung bisa mempraktekkan materi training yang baru saja didapat. Diprediksi akan nada tenggang waktu tertentu antara perubahan yang diharapkan oleh perusahaan dengan waktu berakhirnya masa training. Semakin pendek tenggang waktu antara keduanya, maka perubahan positif akan semakin cepat terjadi.
4. Pencatatan Di Lembar Penilaian
Mencatat hasil kinerja karyawan setelah pelaksanaan training sangat penting untuk mengukur efektivitas pelatihan. Di fase ini akan bisa diketahui peningkatan hasil kinerja yang sudah dicapai oleh karyawan dari sebelum pelaksanaan training dan setelah pelaksanaan training.
Lembar penilaian ini nantinya akan dikomunikasikan secara terbuka melalui pertemuan khusus atau rapat terbuka dengan semua karyawan yang telah menjalani proses training. Dari rapat evaluasi ini akan diketahui masalah – masalah apa saja yang terjadi selama proses training, masalah praktek hasil training di lapangan, serta berbagai macam kesulitan yang dialami oleh karyawan selama mempraktekkan hasil training.
Keempat cara mengukur efektivitas pelatihan ini bisa menjadi sebuah metode yang sangat bagus untuk mensinergikan karyawan dan perusahaan dalam hal pengembangan kinerja serta pengembangan karir. Dengan menerapkan metode tersebut, karyawan tidak hanya bisa bergantung pada kebijaksanaan perusahaan untuk bisa naik jabatan sedangkan perusahaan perlu memfasilitasi karyawan dengan training yang sesuai untuk membantu pengembangan kemampuan kerja para karyawan. Diharapkan perusahaan akan semakin jeli dalam menyediakan training yang sesuai serta karyawan mau secara aktif dan antusias menjalani training yang sudah disediakan oleh perusahaan.Dengan pencantuman nilai padalembar penilaian, akan diketahui karyawan mana yang paling sempurna menerapkan hasil training dan karyawan mana yang kesulitan menerapkan hasil training, diharapkan di masa mendatang karyawan akan lebih bersungguh – sungguh dalam mengikuti training untuk mendapatkan hasil penilaian yang lebih baik.
Sumber :
http://pakarkinerja.com/bagaimana-cara-mengukur-efektivitas-pelatihan-training-sdm/